Senin, 2 Desember 2013 19:34
0
AyoGitaBisa.com - Indonesia dan Brasil, yang tergabung dalam kelompok G-20 anggota World Trade Organization (WTO) mendesak negara maju agar segera menghapus subsidi ekspor dan subisidi lainnya di sektor pertanian sebagaimana diamanatkan dalam perjanjian perundingan bidang pertanian di WTO.
Kelompok G-20 telah berjuang lebih dari 10 tahun menyuarakan penghapusan subsidi ekspor di sektor pertanian yang dilakukan oleh negara-negara maju karena dianggap telah mendistorsi perdagangan pertanian dunia.
Pertemuan kali ini merupakan pertemuan yang sangat penting bagi G-20 untuk meninjau kembali perkembangan kebijakan perdagangan di bidang pertanian, mengkonsolidasikan posisi kelompok G-20 dalam pertemuan KTM-WTO ke-9 di Bali serta menentukan arah atau cara yang harus dilakukan oleh kelompok G-20 untuk memajukan dan menyelesaikan perundingan di bidang pertanian pasca pertemuan Bali, ujar Menteri Perdagangan Gita Wirjawan seperti dikutip dari press release Kemandag.go.id.
Sejak dideklarasikannya kelompok G-20 tahun 2003 di markas WTO di Jenewa, mereka secara konsisten terus mendorong negara maju
agar Putaran Doha yang telah dimulai sejak tahun 2001 berhasil dicapai sesuai dengan mandat Doha. Bagi kelompok G-20, kebutuhan untuk merubah aturan di bidang pertanian tetap menjadi isu yang paling penting dan mendesak untuk diselesaikan oleh WTO, mengingat subsidi pertanian menjadi salah satu alat proteksionisme dalam perdagangan internasional.
Bagi Indonesia, penghapusan hambatan-hambatan di sektor pertanian yang disebabkan oleh subsidi ekspor produk pertanian di
negara-negara maju merupakan salah satu target untuk diselesaikan di forum perdagangan multilateral," lanjut Mendag.
Kelompok G-20 sangat menyesalkan keterlambatan penghapusan segala bentuk subsidi ekspor sebagaimana diamanatkan dalam Deklarasi Para Menteri WTO pada tahun 2003 di Hong Kong. Kelompok G-20 kembali menekankan bahwa subsidi ekspor merupakan kebijakan yang sangat mendistorsi perdagangan inernasional.
Kelompok G-20 telah berjuang lebih dari 10 tahun menyuarakan penghapusan subsidi ekspor di sektor pertanian yang dilakukan oleh negara-negara maju karena dianggap telah mendistorsi perdagangan pertanian dunia.
Pertemuan kali ini merupakan pertemuan yang sangat penting bagi G-20 untuk meninjau kembali perkembangan kebijakan perdagangan di bidang pertanian, mengkonsolidasikan posisi kelompok G-20 dalam pertemuan KTM-WTO ke-9 di Bali serta menentukan arah atau cara yang harus dilakukan oleh kelompok G-20 untuk memajukan dan menyelesaikan perundingan di bidang pertanian pasca pertemuan Bali, ujar Menteri Perdagangan Gita Wirjawan seperti dikutip dari press release Kemandag.go.id.
Sejak dideklarasikannya kelompok G-20 tahun 2003 di markas WTO di Jenewa, mereka secara konsisten terus mendorong negara maju
agar Putaran Doha yang telah dimulai sejak tahun 2001 berhasil dicapai sesuai dengan mandat Doha. Bagi kelompok G-20, kebutuhan untuk merubah aturan di bidang pertanian tetap menjadi isu yang paling penting dan mendesak untuk diselesaikan oleh WTO, mengingat subsidi pertanian menjadi salah satu alat proteksionisme dalam perdagangan internasional.
Bagi Indonesia, penghapusan hambatan-hambatan di sektor pertanian yang disebabkan oleh subsidi ekspor produk pertanian di
negara-negara maju merupakan salah satu target untuk diselesaikan di forum perdagangan multilateral," lanjut Mendag.
Kelompok G-20 sangat menyesalkan keterlambatan penghapusan segala bentuk subsidi ekspor sebagaimana diamanatkan dalam Deklarasi Para Menteri WTO pada tahun 2003 di Hong Kong. Kelompok G-20 kembali menekankan bahwa subsidi ekspor merupakan kebijakan yang sangat mendistorsi perdagangan inernasional.
Mendag menegaskan bahwa kelompok G-20 menunggu langkah-langkah nyata yang dilakukan negara maju untuk menghapuskan seluruh bentuk susbsidi ekspor, karena itu sektor pertanian`harus menjadi fokus utama perundingan Doha pasca-Bali. Lebih lanjut, Mendag Gita Wirjawan menekankan pentingnya agar Paket Bali dapat disepakati untuk menghidupkan dan mendorong kembali keberhasilan keseluruhan isu perundingan dalam Putaran Doha di WTO.
Kesuksesan untuk menyelesaikan Paket Bali dalam Konferensi Menteri kali ini akan memberikan sinyal yang kuat kepada dunia
bahwa anggota WTO tetap memiliki kapasitas untuk mencapai hasil dalam perundingan perdagangan di forum multilateral, imbuhnya.
Untuk mengantisipasi perundingan pasca Bali, kelompok G-20 sepakat untuk terlibat dalam perundingan secara konstruktif dan
lebih pragmatis agar terdapat komitmen yang mengikat negara-negara maju untuk menghapuskan subsidi ekspor serta mendisiplinkan semua kebijakan subsidi pertanian yang mempunyai efek terhadap perdagangan pertanian.
Kesuksesan untuk menyelesaikan Paket Bali dalam Konferensi Menteri kali ini akan memberikan sinyal yang kuat kepada dunia
bahwa anggota WTO tetap memiliki kapasitas untuk mencapai hasil dalam perundingan perdagangan di forum multilateral, imbuhnya.
Untuk mengantisipasi perundingan pasca Bali, kelompok G-20 sepakat untuk terlibat dalam perundingan secara konstruktif dan
lebih pragmatis agar terdapat komitmen yang mengikat negara-negara maju untuk menghapuskan subsidi ekspor serta mendisiplinkan semua kebijakan subsidi pertanian yang mempunyai efek terhadap perdagangan pertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar