Senin, 06 Januari 2014

Cerita Nabi Luth as dan Kisah Kaumnya yang Sesat kena Azab


Cerita Nabi Luth

Pada cerita islami kali ini berisi tentang cerita nabi luth as yang berusaha berdakwah, menasehati kaumnya yaitu kaum yang sesat, namun karena mereka tidak mau menerima nasihat dan ajakan baik dari nabi luth as, akhirnya mereka mendapatkan azab yang sangat pendih dari Allah Yang Maha Kuasa.  Untuk lebih jelasnya bagaimana kisahnya silahkan simak cerita nabi luth as lengkap di bawah ini :
Cerita Nabi Luth

Asal usul Nabi Luth

Nabi Luth as merupakan anak saudara laki-laki dari Nabi ibrahim as. Ayah Nabi Luth as bernama hasa bin tareh merupakan saudara sekandung dari Nabi Ibrahim. Beliau pindah bersama Nabi ibrahim as dari negeri babil ke negeri syam. Tetapi tidak lama kemudian penghidupan memaksa kedua Nabi ini berpisah. Nabi Luth as menetap di sebuah dusun yang bernama sadum, masih dalam wilayah palestina.

Allah mengutus Nabi Luth berdakwah di Kota Sadum

Nabi Luth as  diutus oleh Allah yang maha bijaksana pegi ke negeri sadum yang penduduknya sangat durhaka kepada Allah. Sadum adalah bangsa yang tidak tahu malu, mereka selalu melakukan kejahatan, merampok, membunuh sesama, menganiaya, sehingga tidak ada yang bearni ke negeri tersebut
Masyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah tingkat moralnya, rusak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiaatan dan kemungkaran merajalela dalam peragulan hidup mereka. pencurian dan perampasan harta milik merupakan kejadian hari-hari di mana yang kuat menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penidasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol adalah perbuatan hom*o*sek di kalangan lelakinya dan les*bian di kalangan wanitanya. Kedua-dua jenis kemungkaran ini begitu merajalela di dalam masyarakat sehingga merupakan suatu kebudayaan kaum sadum.
Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari gangguan mereka. Jika ia membawa barang yang berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jia ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang laki-laki yang bermuka tampan dan berparas elok maka ia kan menjadi rebutan antara mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang perempuan muda maka akan menjadi mangsa dari pihak wanitanya pula.
Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa keruntuhan moralnya dan sedemikian parah penyakit sosialnya, diutuslah Nabi Luth as sebagai utusan dan Rasul-Nya untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan, kejahilan dan kesesatan serta membawa mereka ke alam yang bersih, bermoral dan berakhlak mulia. Nabi Luth as mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah meninggalkan kebiasaan mungkar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan yang diilhamkan oleh iblis dan syaitan. ia memberi penerang kepada mereka bahwa Allah telah mencipta mereka dan alam sekitar mereka tidak meridhoi amal perebuatan mereka yang mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan tidak sesuai dengan nilai kenusiaan dan bahwa Allah akan memberi ganjaran setimpal dengan amal kebajikan mereka. Yang berbuata baik dan beramal sholeh akan diganjar dengan surga di akhirat sedang yang melakukan perbuatan mungkar akan di balaskannya dengan memasukkannya ke dalam neraka jahanam.

Nabi Luth as berseru kepada mereka agar meninggalkan adat kebiasaan yaitu melakukan perbuatan ho*mo*sek dan les*bian karena perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati nurani manusia serta menyalahi hikmah yang terkandung di dalam menciptakan manusia menjadi dua jenis yaitu pria dan wanita. Juga kepada mereka diberi nasihat dan dianjurkan supaya menghormati hak dan milik masing-masing dengan meninggalkan perbuatan perampasan, perampokan serta pencurian yang selalu mereka lakukan diantara sesama mereka dan terutama kepada pengunjung yang datang ke Sandum. Diterangkan bahwa perbuatan-perbuatan itu akan merugikan mereka sendiri, karena akan menimbulkan kekacauan dan ketidak amanan di dalam negeri masing-masing dari mereka tidak merasa aman dan tenteram dalam hidupnya.

Demikianlah Nabi Luth as melaksanakan dakwahnya sesuai dengan tuas risalahnya. Ia tidak hent-henti menggunakan setiap kesempatan dan dalam pertemuan dengan kaumnya secara berkelompok atau secara perseorangan mengajak agar mereka beriman dan percaya kepada Allah serta menyembah-Nya, melakukan amal soleh dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar. Akan tetapi keruntuhan moral dan kerusakan akhlak sudah sangat berakar di dalam pergaulan hidup mereka dan pengaruh hawa nafsu dan penyesatan sayitan sudah begitu kuat menguasai tindak-tanduk mereka, maka dakwah dan ajkkan Nabi Luth as yang dilaksanakan dengan kesabaran dan ketekunan tidak mendapat tanah yang subur di dalam hati dan fikiran mereka. Telinga-telinga mereka telah tuli bagi ajaran-ajaran Nabi Luth as sedang hati dan fikiran mereka sudah tersumbat rapat dengan ajara-jaran syaitan dan iblis.

Allah mengutus malaikat menimpakan azab untuk kaum Nabi Luth as

Cerita Nabi Luth – Pada akhirnya kaum Nabi Luth merasa kesal hati mendengar dakwah dan nasehat-nasehat Nabi Luth as yang tidak putus-putus itu dan minta agar ia menghentikan aksi dakwahnya atau menghadapi pengusir dirinya dari sadum bersama semua keluarga. Sudah tidak ada harapan lagi bagi masyarakat sadum dapat terangkat dari lembah kesesatan dan keruntuhan moral mereka dan bahwa meneruskan dakwah kepada mereka yang sudah buta-tuli hati dan fikiran serta menyia-nyiakan waktu, obat satu-satunya menurutf pikiran Nabi Luth as untuk mencengah penyakit akhlak itu yang sudah parah menular kepada tentangga-tetangga dekatnya, ialah membasmi mereka dari atas bumi sebagai pembalasan terhadap kekerasan kepada mereka, juga untuk menjadi ibrah dan pengajaran umat-umat di sekelilingnya. Beliau memohon kepada Allah yang maha kuasa agar kaumnya yaitu masyarakat Sadum diberi ganjaran berupa azab di dunia sebelum azab bagi mereka di akhirat kelak.

Jika mereka diberi nasehat mereka menjawab : “Datangkanlah siksaan Allah itu, hai Luth, jika sekiranya engkau orang yang benar”

Setelah mendengar ejekan dari mereka, Nabi Luth as berdoa kepada Allah, sebagaimana tersebut dalam Al qur an :
Luth berdoa : “Ya Tuhanku tolonglah aku dengan menimpakan azab atas kaum yang berbuat kerusakan itu” (QS. 29 : 30)
Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan oleh Allah SWT. Allah mengutus beberapa Malaikat untuk menurunkan azab terhadap kaum Nabi Luth as yang durhaka dan meningkari Allah. Ketika datang kabar kepada Nabi Ibrahim as akan dibinasakannya negeri Nabi Luth as dengan kaumnya, karena penduduknya yang selalu durhaka dan maksiat, maka terperanjatlah Nabi Ibrahim as. Firman Allah dalam Al Qur’an :
Berrkatalah Ibrahim : “Sesungguhnya di kota itu ada Luth”
Para malaikat berkata : “Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia, dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya. Dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan)” (QS. 29 : 32)
Tiga orang malaikat tersebut menyamar sebagai manusia biasa. Mereka adalah malaikat yang bertamu kepada Nabi Ibrahim as dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq as, dan memeberi tahu kepada mereka bahwa dia adalah utusan Allah dengan menurunkan azab kepada kaum Nabi Lutuh as penduduk kota Sadum. Dalam kesempatan pertemuan dimana Nabi Ibrahim as telah memohon agar penurunan azab atas kaum sadum ditunda, kalau kalau mereka sadar mendengarkan dan mengikuti ajakan Nabi Luth as serta bertaubat dari segala maksiat dan perbuatan mungkar. Juga dalam pertemuan itu Nabi Ibrahim as mohon agar anak saudaranya, Nabi Luth as diselamatkan dari azab yang akan diturunkan kepada kaum Sadum permintaan itu diterima oleh malaikat dan dijiamin bahwa Nabi Luth as dan keluarganya tidak akan terkenal azab, kecuali istrinya.
 Para malaikat itu sampai di Sadum dengan menyamar sebagai lelaki remaja yan berparas tampan dan bertubuh yang elok dan bagus. Dalam perjalan mereka hendak memasuki kota, mereka berselisih dengan orang gadis yang cantik dan ayu sedang mengambil air dari sebuah sungai. Para malaikat atau lelaki remaja itu bertanya kepada si gadis kalau-kalau mereka diterima ke rumah sebagai tamu. SI gadis tidak berani memberi keputusan sebelum ia berundin terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka ditinggalkanlah para lelaki remaja itu oleh si gadis seraya ia pulang ke rumah cepat-cepat untuk memberi tahu ayahnya
Si ayah yaitu Nabi Luth as sendiri mendengar laporan puterinya menjadi bingung jawaban apa yang harus ia berikan kepada para pendatang yang ingin bertamu ke rumahnya untuk beberapa waktu, namun menerima tamu-tamu remaja yang berparas tampan akan mengundang resiko gangguan kepadanya dan kepada tamu-tamunya dari kaumnya yang tergila-gila oleh remaja yang mempunyai tubuh bagus dan wajan yang tampan. Sedang kalau hal yang demikian itu terjadi ia sebagai tuan rumah harus bertanggung jawab terhadap keselamatan tamunya, padahal ia merasa bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi kaumnya yang bengis-bengis dan haus maksiat itu.
Setelah difikirkan akhirnya diputuskan oleh Nabi Luth as kalau ia akan menerima mereka sebagai tamu di rumahnya apapun yang akan terjadi sebagai akibat keputusanya ia pasarahkan kepada Allah yang akan melindunginya. Lemudian pergilah Nabi Luth sendiri menemui tamu-tamu yang sedang menanti di pinggir kota lalu diajaklah mereka bersama-sama ke rumah ketika koda Sadum sudah dalam keadaan gelap, dan juga para warganya sedang di rumah masing-masing dalam keadaan tidur nyenyak.
Kepada istri dan kedua anaknya, Nabi Luth as berpesan dan berusaha agar mereka merahasiakan kedatangan para tamunya, agar tidak diketahui oleh kaumnya yang bengis dan haus maksiat. Namun karena istri Nabi lutuh yang berpihak dengan masyarakat Sadum yang sesat, sehingga istrinya membocorkan rahasia atas para tamu tampan yang tinggal di rumahnya.
Selanjutnya, apa yang dicemaskan oleh Nabi Luth benar benar terjadi. Ketika masyarakat Sadum mengetahui bahwa di rumahnya ada pemuda, maka datanglah mereka ke rumahnya untuk melihat tamunya yang tampan itu untuk memuaskan nafsunya.  Tentu saja Nabi Luth as tidak membukakan pintu untuk mereka, dan berseru meminta agar mereka pulang lagi ke rumah masing-masing dan meminta tidan mengganggu para tamu Nabi Luth, yang semestinya dihormati dan dimuliakan, bukan diganggu. Mareka dinasehati agar meninggalkan kebiasaan yang keji yan bertentangan dengan fitrai manusia serta kodrat alam, yaitu Tuhan telah menciptakan manusia untuk berpasangan antara pria dan wanita untuk menjaga kelangsungan perkembangan umat manusia sebagai makluk ciptaannya yang termulia di atas bumi. Nabi Luth as berseru meminta supaya mereka pulang pada istri-istri mereka dan meninggalkan perbuatan mungkar dan maksiat yang tidak sepantasnya itu, sebelum Allah memberikan mereka zab dan siksaan.
Namun Mereka yang telah sesat  tidak dihiraukan dan dipedulikan juga seruan dan nasihat dari Nabi Luth as. Bahkan mendesak akan mendobrak pintu rumah Nabi Luth  dengan paksa dan kekerasan jika pintu rumahnya tidak segera dibuka. Karena Nabi Luth merasa dirinya sudah tidak berdaya untuk menahan orang orang yang kaumnya yang sesat itu, maka Nabi Luth as pun berkata secara terus terang kepada para tamunya.

“Sesungughnya saya tidak berdaya lagi menahan orang-orang itu menyerbu ke dalam. Au tidak memiliki senjata dan kekuatan fisik yang dapat menolak kekerasan mereka, tidak punya mempunyai keluarga atau sanak saudara yang disegani mereka yang dapat aku mintai pertolongannya, maka aku merasa sangat kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalau gangguan terhadap tamu-tamuku di rumahku sendiri”

Kaum Nabi Luth as ditimpa Azab dari Allah Yang Maha Perkasa

Cerita Nabi Luth – Setelah keluh kesahnya diucapkan oleh Nabi Luth as kepada para tamunya, para tamu tersebut segra memperkenalkan diri kepada Nabi Luth, bahwa mereka adalah para malaikat yang menyamar sebagai manusia yang bertamu kepada Nabi Luth, dan mereka mengatakan bahwa tujuannya datang ke Sadum untuk melaksanakan tugas dari Allah yaitu menurunkan azab dan siksa atas kaumnya yang membangkang.
Para malaikat itu kemudian menyarankan Nabi Luth as untuk membuka pintu rumahnya lebar untuk memberi kesmepatan bagi orang-orang yang sesak itu masuk. Namun ketika pintu itu dibuka dan orang orang sesat itu masuk, secara tiba tiba mereka tidak bisa melihat apa apa.  Diusap usapnya mereka mereka, ternyata mata mereka sudah menjadi buta.
Ketika orang orang sesaat itu dalam keadaan buta dan berbenturan dengan satu sama lain. Para tamu atau malaikat itu berseru dan meminta agar Nabi Luth as meninggalkan perkampungan itu bersama keluarga yang ia sayangin, karena azab dari Allah swt telah tiba waktunya untuk ditimpukkan. Nabi Luth as dan keluarganya diberi pesan oleh malaikat dalam perjalan keluar dari Sadum tidak menengok ke belakang.
Sehabis tengah malam Nabi Luth as beserta keluarganya yaitu seorang istri, dan dua orang putri berjalan cepat keluar kota, tidak menoleh ke kanan atau ke kiri sesuati pesan para malaikat. Namun karena istrinya masih masih berpihak pada masyarakat sadum yang sesat tidak tega meninggalkannya. Ia berada di belakang rombongan Nabi Luth as berjalan secara perlahan lahan tidak secepat langkah suaminya itu, dan tak henti hentinya menoleh ke belakang  untuk mengetahui apa yang akan ditimpa oleh masyarakat sadum itu, serta seolah-olah ragu akan kebenaran ancaman para malaikat yang telah ia dengar dengan telinganya sendiri.
Kemudian, ketika sewaktu fajar menyingsing Nabi Luth as dan dua putrinya telah melewati batas kota sadum, begergetarlah dengan dahsyat bumi di bawah kaki masyarakat sadum, begitu juga dengan istri Nabi Luth as yang munafik itu. Gentaran itu lebih hebat dan kuat dari pada gempa bumi dan juga diiringi dengan angin kencang serta hujan batu yang menghancurkan kota sadum dan para warganya yang sesat itu.
Itulah azab yang sepantasnya ditimpakan kepada orang-orang yang sesat, yang sudah diperingatkan oleh Nabi utusan Allah yang maha mengetahui, namun mereka tetap tidak mau mendengarkan. Semoga kita dan masyarakat kita terlindung dari kemaksiatan, sehingga tidak ditimpa azab yang begitu pedih seperti pada cerita Nabi Luth as di atas. Aamiin.
readmore »»  

Cerita Nabi Musa as Lengkap


 Cerita Nabi Musa as

Seperti yang telah dibahas pada cerita nabi yusuf bahwa nabi yusuf telah berjuang, berdakwah mengajak masyarakat mesir untuk menyembah satu Tuhan yaitu Allah. Namun setelah Nabi Yusuf as meninggal dunia, Sistem tahid diubah menjadi system multi Ttuhan atau menyembah banyah tuhan. Hal ini diduga kuat karena adanya campur tangan kelompok-kelompok elit yang berkuasa ketika itu. Karena ketika mesir menganut system tauhid, mereka tidak mendapatkan perlakuan istimewa, sehingga mereka mempunyai tujuan khusus untuk mengembalikan system penyembahan kepada banyak tuhan. Selanjut masyarakat mesir pun mengikuti system penyembahan Fir’aun. Lalu akhirnya mesir dipimpin oleh keluarga-keluarga Fir’aun dan mereka mengklaim bahwa mereka merupakan tuhan atau wakil wakil tuhan.
Masyarakat mesir pada dasarnya merupakan masyarakat yang beradab, mereka disibukkan dengan pembangunan peradaban. Mereka mempunyai kecenderungan keagamaan yang kuat.  Serta kelompok-kelompok masyarakat mesir meyakini bahwa Fir’aun bukanlah tuhan, namun karena mendapat tentangan yang kuat dari Fir’aun dan fir’aun memaksa agar kaumnya taat kepadanya, sehingga mereka pun terpaksa mengakui dia sebagai tuhan, namun dalam kepura puraan dan menyembunyikan keimanan dalam hati mereka. Berbagai macam Tuhan dengan bentuk berhala pun banyak sekali di mesir. Ini bisa dimaklumi karena Fir’aun  menguasai berbagai macam tuhan dan ia mengisyaratkan dengan dan berbicara atas namanya. Yang demikian itu sangat jelas di mesir. Ketika terdapat system multi Tuhan di Mesir meskipun masyarakatnya meyakini tuhan utama, yaitu Fir’aun kelompok elit yang berkuasa membatasi untuk hanya menyembah Fir’aun dan melaksanakan perintah-perintahnya serta membenarkan tindakan semena-menanya.
Nabi Musa as merupakan anak laki-laki Imran bin Yash-har, dan bersaudara dengan Nabi harun as. Nabi Musa as dilahirkan pada waktu zaman Fir’aun menguasai mesir.
Rakyat mesir ketika itu benar-benar tuntuk pada Fir’aun yang menggunakan system banyak tuhan, padahal sebelumnya telah berada di jalan yang benar melaui dakwah yang dilakukan Nabi Yusuf.  Sementara anak-anak nabi yakub atau anak-anak israil juga telah menyimpang dari TAuhid. Mereka mengikuti jalan orang-orang mesir lainnya. Tidak banyak keluarga yakub yang mempertahankan agama Tauhid, itupun dilakukan dengan cara tersembunyi.
Lalu tibalah suatu masa atas bani israil di mana mereka semakin banyak dan semakin menyebar. Mereka mengerjakan berbagai macam pekerjaan dan mereka memenuhi pasar-pasar di mesir. Hari demi hari semakin erlalu, kekuasaan mesir diperintah oleh seorang raja yang bengis yaitu Firaun, dimana-mana orang mesir menyembahnya. Raja yang jahat ini melihat bahwa bani israil semakin banyak dan semakin berkembanga serta mempunyai posisi yang penting.
Lalu Fir’aun mengeluarkan perintah yang aneh, yaitu memerintahkan agar anak yang lahir berjenis kelamin laki laki harus dibunuh. Aturan itupun mulai dijalankan. Namun para pakar ekonimi berkata kepada Fir’aun; Orang-orang tua dari bani israil akan mati sesuai dengan ajal mereka, sedangkan anak kecil disembelih maka ini akan berakhir pada hancurnya dan binasanya Bani Israil namun Firaun akan kehilangan kekayaan dan asset manusia yang dapat bekerja untuknya atau menjadi budak-budaknya dan wanita-wanita tidak dapat lagi dimilikinya. Maka yang terbaik adalah, hendaklah dilakukan suatu proses sebagai berikut : anak laki-laki disembelih pada tahun pertama, dan hendaklah mereka dibiarkan pada tahun berikutnya. Fir’aun pun setuju dengan pendapat itu, karena mengganggap pemikiran itu lebih menguntungkan dari sisi ekonomi.
Suatu hari ibu nabi Musa mengandung nabi harun, ketika itu adalah tahun dimana anak-anak kecil laki-laki tidak dibunuh dan ia pun bisa melahirkan dengan terang-terangan. Namun ketika melahirkan mengandung Nabi Musa as, ia berada di tahun dimana anak-anak kecil harus di bunuh. Sang ibu pun merasa sangat cemas dan ketahukan yang luar biasa. Ia takut bahwa jangan-jangan nanti anak yang dilahirkannya akan dibunuh juga. Ia pun melahirkan secara sembunyi-sembunyi. Dan untuk menyembunyikan anaknya, sang ibu pun menyusui secara sembunyi-sembunyi. Lalu tibalah suatu malah yang penuh berkah, dimana saat itu Allah Yang Maha Mengetahui memberi wahyu kepadanya, sebagai berikut :
“Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa : “Susuilah dia dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan jangan kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati. Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati. Karena sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul” (Qs 28 : 7)
Mendengar wahyu Allah yang maha kuasai itu dan panggilan yang penuh kasih saying dan suci itu, ibu Nabi Musa as langsung mentaatinya.Lalu ia diperintahkan untuk membuat peti kecil untuk Nabi Musa as. Setelah menyusuinya., ia meletakkannya di peti itu. Kemudian ia pergi ke tepi sungai nil lalu membuangnya di atas air. Ibu mana yang tega membuang anak yang dilahirkannya, hatinya penuh derita ketika ia melempat anaknya di sungai nil. Namun itu merupakan perintah dari Allah yang maha tahu dan maha pengasih serta penyayang.
Beberapa saat setelah berada di atas air sungai nil, kemudian  Allah memerintahkan arus sungai nil agar menjadi tenang dan lembut kepada bayi yang dibawanya yang nantinya akan menjadi Nabi. Sebagaimana Allah yang maha kuasa memerintahkan kepada api agar menjadi dingin dan membawa keselamatan bagi nabi Ibrahim as, begitu juga Allah memerintahkan kepada sungai Nil agar membawa Nabi Musa dengan tenang dan penuh kelembutan sehingga mengarahkannya ke istana raja Fir’aun. Air sungai Nil tersebut membawa peti yang berisi nabi Musa ke istana raja fir’aun. DI sana ombak menyerahkannya kepada tepi pantai kemudia ia mewariskan kepada tepi pantai itu. Dan ANgin berkata kepada rumput yang tidur di sisi peti: “Jangan engkau banyak bergerak karena Musa sedang tidur. Rumput pun mentaati perintah angin dan Musa pun tetap tertidur.
Pada suatu ketika, matahari telah menyinari istana raja Fir’aun. Isteri Fir’aun keluar berjalan-jalan di kebun istana sebagaimana biasanya. Isteri raja fir’aun tidak sama dengan Fir’aun, Fir’aun merupakan orang kafir, namun isterinya adalah orang yang beriman. Fir’aun keras kepala, namun isterinya adalah wanita penyayang. Fir’aun adalah penjahat namun isterinya adalah wanita yang lembut dan penuh cinta. Namun wanita itu merasakan kesedihan yang dalam karena ia belum mampu melahirkan anak. Ia ingin sekali memiliki anak.  Ketika ia berhenti di sisi kebun ia mencium baru harum pepohonan di kebun itu, yang menyebarkan perasaan sedih akan rasa kesendirian.  Pada saat yang sama, para wanita yang membantunya sudah mengisi penuh tempat-tempat air yang diambil dari sungai nil. TIba tiba mereka menemukan peti di sisi kaki mereka. Kemudian mereka membawa peti itu kepada isteri Fir’aun. Istri fir’aun itu memerintahkan untuk membuaknya, setelah peti itu terbuka ia sangat terkejut ketika isi peti tersebut menampakkan isinya. Isi peti tersebut adalah seorang bayi laki-laki yang lucu tanpa dosa yang nantinya menjadi Nabi. IStri Fir’aun merasakan bahwa ia mencintai bayi itu seperti anaknya sendiri. Allah SWT meneruh dalam hatinya rasa cinta kepada Nabi Musa as sehingga berlinang air matanya.
Setelah menemuikan bayi itu, ia pun membawanya pulang. Ia membolak balikkan bayi nabi Musa sambil menangis. Kemudian Nabi Musa as terbangun dan menangis. Nabi Musa tampak lapar ia membutuhkan air susu pagi. Di saat yang sama Fir’aun sedang duduk di atas meja makan. Ia menunggu  istrinya namun belum juga dating. Fir’aun mulai marah lalu mencarinya. Tiba-tiba ia terkejut dengan kehadiran isterinya sambil membawa seorang bayi. Isteri fir’aun tampak menyayanginya. Ia terus menciumnya dan air matanya berlinang. Kemudian raja fir’aun pun bertanya “dari mana datangnya anak kecil ini?” Kemudian mereka menceritakan bahwa mereka menemukannya di sebuah peti di tepi sungai. Fir’aun berkata : “ini adalah salah satu anak Bani Israil. Sesuai dengan peraturan, anak-anak yang lahir di tahun ini dibunuh” mendengar perkataan dari Fir’aun itu, ia berteriak dan ia mendekap nabi muas as lebih keras.
Seperti yang tertulis dalam Al Qur’an
“Dan berkatalah isteri Fir’aun : “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak, sedang mereka tidak menyadarinya” (Qs. 28:9)
Fir’aun tampak keseharanan sekali melihat tingkah isterinya yang mendekap anak kecil yang ditemuka di tepi sungai. Fir;aun tampak tercengang karena isterinya menangis karena gembira, di mata fir’aun tidak pernah mendapati isterinya menangis karena sebahagia itu. Fir’aun mulai menyadari bahwa isterinya menyayangi anak itu seperti anaknya sendiri. Fir’aun berkata dalam hati : “Mungkin ia ingat bahwa ia tidak mampu melahirkan anak dan menginginkan anak ini”. Akhirnya, Fir’aun sepakat atas apa yang dikatakan oleh isterinya. Fir’aun memenuhi keinginannya dan menyetujui untuk merawat dan mendidik anak itu di istana.
Setelah mendengar persetujuan dari suaminya, tampaklah keceriaan yang  hebat di wajah sang istri. Fir’aun belum pernah menyaksikan keceriaan seperti itu. Pada sebagai seorang suami ia telah memberikan berbagai macam hadiah kepada istrunya, berbagai perhiasan dan juga budak ia berikan kepada isterinya. Namun isterinya belum pernah tersenyum. Ia menyangka bahwa isterinya tidak mengertia arti senyuman. Dan sekarang, firaun melihat wajah isterinya dipenuh dengan senyum keceriaan.  Sementar itu Nabi Musah yang masih bayi mulai menangis karena lapar. Isteri nabi firaun berkata kepada suaminya : “Anakku yang kecil sedang lapar”, kemudian firaun berkata : “Datangkanlah kepadanya wanita yang menyusui”, kemudian datanglah kepadanya seorang wanita yang menyusui dari istana. Wanita itu mencoba untuk menyusui Nabi Musa as, tapi tanpa diduga nabi Musa as malah menolkanya. Kemudian didatangkan wanita yang kedua, kemudian ke tiga, lalu sampai kesepuluh namun nabi Musa as tetap menangis dan tidak mau menyusu kepada seorang wanita pun di antara mereka.  Melihat hal tersebut, isteri firaun menangis karena tidak tahan melihat penderitaan anak kecil yang baru ditemukannya. Ia tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya
Namun yang merasa sedih dan menangis bukan hanya isteri firaun, ibu kandung nabi Musa juga merasa sedih dan menangis. Ketika ibunya melempar nabi Musa ke sungai nil, ia merasa bahwa ia sedang melempar buah hatinya ke sungai. Lalu peti yang dilemparkan itu hilang di bawah oleh air sungai dan beritanya pun tersembunyi. Dan ketika datang waktu pagi, ibu nabi Musa merasakan kesedihan yang selalu menghantuinya. Hampir saja ia pergi ke istana firaun untuk mendapatkan berita tentang anaknya kalau, Allah SWT menaruh kedamaian dalam hatinya sehingga ia menyerahkan urusan anaknya kepada Allah SWT.kemudian, ia berkata kepada saudara perempuan Nabi Musa as.
“Pergilah dengan tenang ke istana firaun dan berusahalah untuk mendapatkan berita tentang Musa dan hendaklah engkau hati hati agar jangan sampai mereka mengetahuimu”, kemudian saudara perempuan nabi Musa pergi dengan tenang. Akhirnya ia mendengarkan kisah tentang Nabi Musa as secara sempurna. Ia melihat nabi Musa as dari kejauhan dan mendengarkan suara tangisannya. Ia melihat mereka dalam keadaan kebingungan dimana mereka tidak mengetahui bagaimana menyusuinya. Ia mendengar bahwa nabi Musa as menolak tawaran wanita yang mencoba menyusuinya.
Saudara perempuan nabi as berkara kepada para pengawal firaun
“apakah kalian mau aku tunjukkan suatu keluarga yang dapat menyusuinya dan dapat mengasuhnya”. Lalu Isteri firaun menjawab :
“seandainya kamu dapat membawa kami kepada wanita yang dapat menyusuinya dan dapat mengasuhnya niscaya kami akan memberimu hadiah yang besar. Yaitu sesuatu yang engkau inginkan akan kami penuhi”. Lalu saudara perempuan nabi Musa as itu kembali dan menghadirkan ibunya. Si ibu menyusuinya dan nabi Musa pun menyusu dengan tennang. Melihat hal itu, isteri firaun pun sangat gembira dan berkata :
“Bawalah dia hingga waktu penyusuannya selesai, lalu kembalikanlah dia kepada kami dan kami akan memberimu sesuatu balasan yang besar atas penyusuan dan pendidikan yang engkau berikan”
Itulah cara Allah yang maha adil dan maha kuasa mengembalikan Nabi Musa kepada ibunya agar ia merasagembira dan hatinya menjadi tenang dan tidak bersedih juga agar ia mengetahui bahwa janji Allah SWT benar dan bahwa perintah-Nya dan ketentuan-Nya pasti terlaksana meskipun banyak rintangan dan tantangan, Allah SWT berfirman :
“Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hamper saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan. “Ikutilah dia”. Maka terlihatlah olehnya Musah dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya, dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yhang mau menyusui-nya sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa : “Maikah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlubait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadany?. Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya” (Qs. 28 : 10 – 13)
Ibu nabi Musa as yang asli menyempurnakan penyusuan lalu menyerahkannya ke rumah firaun. Saat itu nabi Musa as disenangi dan disukai semua orang. Allah SWT berfirman :
“Yaitu : Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti,kemudian lemparkanlah ia ke sungai (nil),maka pasti sungai itu membawanya ke tepi sungai, supaya diambil oleh (fir’aun) musuhku dan musuhya. Dan aku telah melimpahkan kepadamu kasih saying yang datang dari-Ku, dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku” (Qs. 20 : 39)
Tiada seorang pun yang melihat nabi Musa as kecuali ia akan mencintainya. Nabi Musa as dididik di istana terbesar di bawah bimbingan dan penjagaan Allah Yang Maha Kuasa. Pendidikan Nabi Muas as dimulai di rumah firaun di mana di dalamnya terdapat ahli pendidikan dan para pengajar. Mesir saat itu merupaka Negara yang besar di Dunia dan Firaun sebagai raja yang paling kuat. Karena itu dengan mudah Firaun mampu mengumpulkan para pakar pendidikan dan para cendekiawan.  Demikianlah hikmah Allah Swt berkehendak agar Nabi Musa as terdiri di bawah pendidikan yang besar dan ditangani pakar-pakar pendidik yang terlatih. Ironisnya, hal ini terjadi di rumah musuhnya yang pada suatu hari nanti akan hancur di tangannya, sebagai bentuk pelaksanaan dari perintah Allah Yang Maha Kuasa.
Nabi Musa as tumbuh di rumah firaun. Beliau mempelajari ilmu hisab, ilmu bangunan, ilmu kimia dan bahasa.  Beliau tidur di bawah bimbingan agama. SWehingga nabi Musa tidak mendengar omongan kosong yang dikatakan oleh pendidik tentang ketuhanan firaun. Jarang sekali ia mendengar bahwa firaun adalah tuhan. Beliau pun menepis pernyataan dan anggapan ini. Beliau tinggal bersama firaun di satu rumah. Nabi Musa mengetahui lebih dari pada orang lain bahwa firaun hanya sekedar manusia biasa yang lalim. Nabi Musa juga mengetahui  bahwa ia bukanlah anak dari firaun. Ia adalah anak seorang dari bani israil. Ia menyaksikan bagaimana para pengawal firaun dan para pengikutnya menindas masyarakat bani israil. Akhirnya, nabi Musa tumbuh besar dan mencapai kekuatannya.
Ketika para pengawal lali darinya, nabi muas as memasuki kota. Nabi Musa as berjalan-jalan di sekitar kota. Kemudian nabi Musa as mendapati seorang lelaki dari pengikut firaun yang sedang berkelahi dengan seorang bani israil. Lalu seorang yang lemah dari kedua orang itu meminta tolong kepadanya. Nabi Musa as pun turut campur dalam urusan itu. Nabi muas as mendorong dengan tangannya seorang lalaki yang berbuat aniyaa itu. Ternyata nabi Musa as membunuhnya. Ketika itu memang nabi Musa terkenal sebagai orang yang kuat. Nabi Musa berniat untuk melerai kedua orang yang berkelahi itu, namun tanpa sengaja malah membunuhnya, lelaki itu tersungkur kemudian mati.  Nabi Musa as kemudian kepada pada diri sendiri. Ini adalah perbuatan shetan. Sesungguihnya ia adalah musuh yang menyesatkan dan nyata. Kemudian nabi Musa as berdoa kepada Allah dan berkata :
“Ya TUhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku maka ampunilah aku” Allah yang maha pengampun pun mengampuninya. Allah berfirman
“Dan setelah Musa sudah cukup umur dan sempurna akalnya. Kami berikan kepadanya hikmah kenabian dan pengetahuan. Dan demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lemah, maka didapatinya di dalamkota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani israil) dan seorang lagi dari musuhnya (kaum firaun).  Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan darinya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matlah musuhnya itu. Musa berkata : “Ini adalah perbuatan setan. Sesungguhnya setan adalah musuh yang menyesatkan lagi (permusuhannya). Musa berdoa : “Ya Thanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku”. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. Musa berkata : “Ya Tuhanku, demi nikmat yang engkau anugrahkan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa”
Nabi Musa as adalah cermin lain dari Nabi Ibrahim as. Kedua-keduanya dari kalangan ulul azmi, tetapi nabi ibrahim as merupakan cermin kesabaran dan kelebutan sementara itu nabi Musa as merupakan cermin dari kekuatan dan keperkasaan.
Nabi Musa as menjadi takut dan terancam di tengah-tengah kota. Beliau berjanji di kemudian hari bahwa beliau tidak akan lagi menjadi sahabat orang-orang yang berbuat jahat. Beliau tidak akan lagi terlimbat dalam pertengkaran dan permusuhan antara sesame penjahat. Di tengah-tengah perjalanannya, nabi Musa as dikagetkan ketika melihar seorang yang ditolongnya kemaren itu kini memanggilnya lagi dan meminta tolong pada pada nabi Musa. Dan lagi lagi orang itu terlibat permusuhan dan pertengkaran dengan orang mesir. Nabi muas as mengetahui bahwa orang Israel ini berbuat aniaya. Nabi Musa as mengetahui bahwa ia termasuk seorang preman di wilayah itu. AKhirnya, nabi Musa as berteriak di depan wajan orang israil itu sambil berkata : “SUngguh ternyata engkau adalah orang yang jahat”
Nabi Musa as mengatakan ucapan itu sambil mendorong kedua orang itu dan ia melerai pertengkaran. Orang israil itu mengira bahwa nabi Musa akan mencelakainya maka ia diliputi rasa takut. Sambil meminta kasih saying kepada Nabi Musa as, ia berkata  : “Wahai Musa apakah kamu akan membunuhku seperti kamu membunuh orang yang kemaren. Apakah kamu ingin menjadi penguasa di muka bumi ini dan tidak ingin menjadi orang yang memperbaiki bumi.” Ketika mendengar orang israil mengatakan demikian, nabi Musa as berhenti dan amarahnya mereda. Nabi Musa as mengingat apa yang dilakukannya kemaren dan bagaimana ia meminta ampun dan bertaubat serta berjanji tidak menjadi pembantu orang-orang yang berbuat jahat. Nabi Musa as kemudian kembali dan meminta ampun kepada Tuhannya.
Orang mesir yang berkelahi dengan orang Israel itu mengetahui bahwa nabi Musa as adalah pembunuh orang mesir yang mayatnya ditemukan oleh mereka kemaren. Petugas keamanan mesir tidak berhasil menyikap kasus pembunuhan itu. Akhirnya rahasia nabi muas as terungkap, lalu seorang pria dari mesir yang beriman datang dari penjuru kota. Ia membisikkan kepada nabi Musa as bahwa ada suatu rencana untuk membunuhnya. Pria itu menasehati nabi Musa agar ia meninggalkan mesir secepatnya, Allah swt berfirman
“Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), maka tiba tiba orang yang meminta pertolongan kemaren berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya : “Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang sehat  yang nyata (kesesatannya), maka tatkala Musa memegan dengan keras orang yang menjadi musuk keduanya, musuhnya berkata :
“Hai Musa apakah kamu bermaksud untuk membunuhku, sebagaimana kamu kemaren telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-webang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian”. Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota tergesa-gesa seraya berkata :
“Hai Musa, sesungguhnya pembesar sedang berunding tentang kamu. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu” (Qs : 28 : 18 – 20)
Para penguasa atau para pembesar yang bertanggung jawab pada keamanan menyiapkan persekutuan untuk menyingkirkan nabi Musa as. Akhirnya kesempatan emas itu tiba. Para pembantunya mengatakan kepadanya bahwa nabi Musa merupakan orang yang membunuh orang mesir yang mereka temukan jasadnya kemaren. Selesai urusan ini. Kemudian datanglah perintah dan kesempatan untuk membunuh nabi Musa as. ORang-orang yang membenci nabi Musa as mulai mendapatkan angina kegembiraan di mana mereka akan melihat nabi Musa as terbunuh, tetapi Allah yang maha tahu mengirim orang mesir yang baik untuk mengingatkan nabi Musa agar berlari dari kejaran orang-orang yang lalim. Allah berfirman seperti yang tercantum dalam AL qur an
“Maka keluarkanlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa : ‘Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang lalim itu’.” (Qs. 28 : 21)
Nabi Musa as meninggalkan kota dan menjadi orang yang terusir. Nabi Musa as segera keluar dalam keadaan takut dan sambil waspada nabi Musa as selalu berdoa dalam hatinya : “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang lalim”. Kaum itu memang benar-benar orang-orang lalim. Mereka ingin menerapkan hukuman bagi pembunuh dengan sengaja atas nabi Musa as, padahal nabi Musa as tidak melakukan selain berusaha memisahkan orang yang berkelahi tetapi dengan tidak senagaja ia membunuhnya. Nabi Musa as segera keluar dari Mesir. Beliau tidak lagi pergi ke istana firaun dan tidak mengganti pakaiannya, dan tidak membawa makanan untuk perjalanan. Beliau tidak membawa binatang tunggangan yang dapat mengantarkannya. Beliau juga tidak pergi bersama suatu kafilah. Beliau langsung pergi ketika mendapatkan kabar dari seorang mukmin yang mengingatkannya dari ancaman firaun.
Nabi Musa as berjalan melalui jalan yang tidak biasanya dilalui orang.  Nabi muas memasukin gurun dan ia menuju ke suatu tempat yang disitu Allah membimbingnya. Ini adalah pertama kalinya beliau keluar dan mengarungi gurun pasir sendirian. Kemudian nabi Musa tiba di suatu tempat yang bernama Madyan. Nabi Musa istirahat dan duduk-duduk di dekat sumur yang bersar dimana disitu orang-orang mengambil air untuk memberi minum binatang tunggangan mereka dan juga binatang gembalaan mereka. Nabi Musa as tidak membawa makanan selain daun-daun pohon. Nabi Musa as minum dari sumur-sumur yang ditemukannya di tengah jalan. Sepanjang perjalanan Nabi Musa merasakan ketakukan, jangan jangan firaun mengirim orang untuk menangkapnya. Ketika nabi Musa as sampai di kota madyan nabi Musa as berbaring di sisi pohon dan beristirahat. Nabi Musa as merasa lapar dan keletihan. Sandal yang dipakai olehhnya terlihat mulai rusak. Beliau tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli sandal baru, dan beliau juga tidak mempunya uang yang cukup untuk membeli minuman atau makanan.
Nabi Musa as memperhatikan kumpulan pengembala yang sedang mengambil air untuk kambing-kambing mereka. Nabi Musa as ingat bahwa ia sedang lapar dan haus. Ia berkata dalam hati : “Aku dapat memenuhi perutuku dengan air selama aku tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli makanan:, nabi Musa kemudian berjalan ke tempar air. Sebelum sampai, ia mendapati dua orang perempuan yang sedang memisah kambing-kambingnya agar jangan sampai tercampur dengan kambing orang lain. Melalui ilham, nabi Musa as merasa bahwa kedua wanita itu membutuhkan pertolongan. Nabi Musa as lupa terhadap rasa hausnya, lalu beliau menuju kea rah mereka dan bertanya, apakah ia dapat membantu mereka? Lalu seorang gadis yang  paling tua berkata :
“kami menunggu sampai selesainya para gembala itu mengambil air untuk binatang gembalaanmereka” lalu nabi Musa bertanya :
“Mengapa kalian tidak mengambil air sekarang?” kemudian gadis kecil berkata :
“Kami tidak mampu untuk berdesak-desakan dengan kaum pria”. Nabi Musa as keheranan karena mengetahui kedua gadis itu menggembala kambing. Seharusnya yang menggembala kambing adalah kaum pria. Itu merupakan tugas berat dan sangat melelahkan, tidak semestinya wanita menggembala.
“Mengapa kalian mengembala kambing” Gadis yang kecil mengatakan lagi :
“Orang tua kami sudah tua dimana kesehatannya tidak dapat membantunya untuk keluar dari rumah dan mengembala kambing setiap hari”. Mendengar hal itu Nabi Musa as lalu berkata :
“Kalau begitu, aku akan membantu kalian untuk mengambil air itu”
Nabi Musa as berjalan menuju tempat air. Nabi Musa air mengetahui bahwa para pengembala meletakkan di atas bibir suatu air suatu batu besar yang tidak bisa digerakkan kecuali oleh sepuluh orang. Nabi Musa as merangkul dan mengangkatnya dari bibir sumur. Otot-otot nabi Musa as tampak menonjol saat memindahkan batu itu. Nabi Musa merupakan pria yang kuat. Akhirnya, nabi Musa as berhasil mengambil air untuk remaja putrid itu, dan kemudian ia mengembalikan batu itu ke tempatnya. Nabi Musa as kembali duduk di bawah naungan pohon. Saat itu nabi Musa as lupa untuk minum. Perut nabi Musa menempel ke punggungnya karena karena saking laparnya. Nabi Musa as mengingat Allah yang maha esa dan memanggil Nya dalam hati :
“Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudia dia kembali ketempat yang terduh lalu berdoa : “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang engkau turunkan kepadaku”  (Qs. 28 : 24)
Kedua gadis itu kembali ke rumah ayahnya. Si ayah bertanya :
“Hari ini kalian kembali lebih cepat dari biasnaya?”
Gadis yang paling tua berkata :
“Sungguh hari ini kami sangat beruntung. Wahai ayah, kami bertemu dengan seorang pria yang mulia yang mengambilkan air bagi hewan kami sebelum orang-orang lain mengambilnya”
Si ayah berkata
“Alhamdulullah”
Gadis yang paling kecil berkata
“saya kira wahai ayahku dia datang dari tempat yang jauh dan tampak ia sedang lapar. Saya melihat dia dalam keadaan kecapaian meskipun ia seorang pria yang kuat”
Lalu si ayah berkata kepada anak perempuannya :
“Pergilah engkau padanya dan katakana, sesungguhnya ayahku memanggilmu untuk memberimu upah atas jasamu mengambilkan air untukku”. Kemudian anak perempuan itu pergi menemui Nabi Musa as dalam keadaan hatinya berdebar-debar. Perempuan itu berdiri di depan Nabi Musa as dan menyampaikan surat dari ayahnya. Nabi Musa as bangkit dari tempat duduk dan pandangannya tertuju ke bawah. Nabi Musa as tidak bermaksud mengambilkan air untuk mereka dengan tujuan mengharapkan upah dari mereka. Beliau membantu mereka hanya semata-mata karena Allah SWT. Beliau merasakan dalam dirinya bahwa Allah SWT lah yang menggerakkan beliau untuk membantu mereka.
Gadis itu berjalan di depan Nabi Musa as kemudian bertiuplah angin dan menyentuh pakaiannya sehingga nabi Musa as menunduk padangan matanya karena merasa malu. Nabi Musa as berkata kepada gadis itu :
“saya akan berjalan di depanmu dan tunjukkanlah jalan padaku”. Mereka pun sampai di kediaman si ayah. Sebagian ahli tafsir mengatakan bawah si saya ini adalah Nabi Syu’aib as. Beliau memperoleh usia panjang setelah kematian kaumnya. Orang tua itu menghidangkan kepada nabi Musa as makan siang dan bertanya kepadanya dari mana ia datang dan kemudian ke mana ia akan pergi,
Nabi Muas as mengungkapkan ceritanya. Orang tua itu berkata kepadanya, jangan khawatir dan jangan takut. Engkau akan selamat dari orang-orang yang lalmi. Negeri ini tidak tunduk pada mesir dan mereka tidak akan sampai di sini. Mendengar ucapan itu, nabi Musa as menjadi tenang dan bangkit untuk pergi. Salah seorang anak perempuan itu berkata kepada ayahnya dengan berbisik :
“wahai ayahku, berilah dia upah. Sesungguhnya engkau akan memberikan upah kepada seorang yang kuat dan jujur”
Si ayah bertanya kepadanya :
“bagaimana engkau mengetahui dia seorang lelaki yang kuat”
Anak perempuannya menjawab
“Saya lihat sendiri ia mengangkat batu yang tidak mampu diangkat oleh sepuluh orang lelaki”
Si ayah bertanya lagi :
“Bagaimana engkau mengetahui bahwa dia seorang yang jujur”
Perempuan itu menjawab :
“Ia menolak untuk berjalan di belakangku dan ia berjalan di depanku sehingga ia tidak melihatku saat aku berjalan. Dan selama perjalanan saaat aku berbincang-bincang denganya, dia sellau menundukkan matanya ke tanah sebagai rasa malu dan adab yang baik darinya”
Kemudian orang tua itu memandangi Nabi Musa as dan berkata kepadanya :
“Wahai Musa, aku ingin menikahkanmu dengan salah satu putriku. Dengan syarat, hendaklah engkau bekerja menggembala kambing bersamaku selama delapan tahun. Seandainya engkau menyempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah kemurahan darimu. Aku tidak ingin menyusahkanmu, sungguh insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang saleh”
Nabi Musa as kemudian berkata  :
“Ini adalah kesepakatan antara aku dan engkau dan Allah SWT sebagai saksi atas kesepakatan kita, baik aku akan melaksanakan pekerjaan selama delapan tahun maupun sepuluh tahun.  Setelah itu, aku bebas untuk pergi ke mana saja”
Allah SWT berfirman
“Kemudian datanglah kepada Musa seorang dari kedua wanita itu berjalan malu-malu, ia berkata :
“Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan) mu memberi minum (ternak) kami”. Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu’aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu’aib berkata :
“Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang lalim itu” Salah seorang dari kedua wanita itu berkata :
“Wahai bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang aling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. Berkatalah dia (Syu’aib)
“sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak berhak memberatkan kamu. Dan kamu insyaAllah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”. Dia (Musa) berkata :
“itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang aku ucapkan” (Qs. 28 : 25 – 28)
Lalu menikahlah nabi Musa as dengan salah satu anak gadis dari nabi SYu’aib as dan perjanjian yang telah ditentukan itu telah dijalankan dan dilaksanakan oleh Nabi Musa as.
Demikianlah nabi Musa mengabdi kepada Nabi Syu’aib as selama sepuluh tahun penuh. Pekerjaan Nabi Musa as terbatas pada keluar dari rumah di waktu pagi untuk mengembala kambing. Sepuluh tahun waktu yang dihabiskan oleh Nabi Musa as di Madyan merupakan suatu ketentuan yang dirancang oleh Allah SWT.
Nabi Musa as berdasarkan islam dan agama tauhid.  Nabi Musa as menghabiskan masa sepuluh tahun itu dalam keadaan jauh dari kaumnya dan keluarganya. Masa sepuluh tahun ini adalah masa yang paling penting dalam kehidupannya. Ia merupakan  masa persiapan yang besar. Pada setiap malam Nabi Musa as merenungkan bintang-bintang. Nabi Musa as mengikuti terbitnya matahari dan tenggelamnya. Pada setiap siang nabi Musa memikirkan tumbuh-tumbuhan; bagaimana ia membela tanah dan mekar. Nabi Musa as memperhatikan hari; bagaimana ia menghidupkan bumi setelah bumi itu mati, lalu bumi itu menjadi tempat yang indah dan subur. Nabi Musa as memperhatikan alam yang luas dan ia tempak tercengan dan kagum dengan ciptaan Allah SWT.
Sebenarnya pemikiran-pemikiran dan perenungan-perenungan tersebut jauh jauh hari sudah tersembunyi di dalam dirinya dan menetap di dalam jiwanya. Bukankah nabi Musa as terdidik di istana Firaun. Ini berarti bahwa beliau menjadi seorang mesir yang mempunyai wawasan luas, orang mesir menunjukkan kekuatan fisiknya, orang mesir dengan segala makanannya dan minumannya. Jadi, segala hal yang ada pada nabi Musa as berbau mesir. Nabi Musa as siap sipa untuk menerima wayu dari Allah dengan bentuk yang baru. Yaitu wayu Illahi yang langsung datang tanpa perantara seorang malaikat di mana Allah SWT yang berbicara dengannya secara langsung.
Oleh karena itu, sebelum datangnya watyu itu perlu adanya persiapan mental dan moral, sendangkan persiapa fisik telah selesai dilaluinya di mesir. Nabi Musa as tumbuh di sitana yang paling besar yang dimiliki penguasa di bumi dan di suatu pemerintahan yang paling kaya di bumi. Nabi Musa as menjadi seorang pemuda yang kuat di mana bukan hanya sekedar memisahkan seseorang yang berkelahi, namun justru membunuhnya meski tanpa sengaja. Setelah persiapan fisik yang kuat, kini nabi Musa as harus melewati persiapan mental yang seimbang. Yaitu persiapan yang dilakukan melalui pengasingan yang sempurna di mana beliau hidup di tengah-tengah guru dan tempat pengembalaan yang beliau belum pernah menginjakkan kakinya di sana. Beliau hidup di tengah-tengah orang asing yang belum pernah beliau lihat sebelumnya.
Sering kali nabi Musa as mendapatkan kesunyian dan keheningan di balik pengasingan itu. Allah SWT mempersiapkan hal tersebut kepada nabi-Nya agar setelah itu beliau mampu memegang amanat yang besar dari Allah SWT. Datanglah suatu hari atas nabi muas as. Selesailah masa yang ditentukan. Kemudian nabi Musa as merasakan kerinduan untuk kembali ke mesir. Dengan berlalunya waktu, hukuman yang harus dijalaninya dengan sendirinya gugur.
Nabi Musa as mengetahui hal itu, tetapi beliau juga mengetahui bahwa undang-undang di mesir sebenarnya terletak pada kekuatan penguasa, jika penguasa berkehendak maka nabi Musa as dapat menerima hukuman, dan jika tidak berkehendak maka dia akan memafaatkannya, meskipun yang bersangkutan berhak mendapatkan hukuman. Nabi Musa as menyadari hal itu, nabi muas as tidak sepenuhnya yakin ia akan selamat ketika beliau menginjakkan kakinya di mesir seperti keyakinannya bahwa beliau selamat di tempatnya sekarang. Meskipun demikian, rasa rindunya untuk melakukan perjalanan kembali ke tempatnya mendorong nabi Musa as segera menuju ke mesir. Nabi Musa mengambil keputusan yang tepat.
 Nabi Musa as berkata kepada isterinya :
“Besok kita akan mulai perjalanan ke mesir:
“Di dalam perjalanan terdapat seribu macam bahaya tetapi ketenangan tetap menghiasai Musa.” Istri nabi Musa as taat kepada nabi Musa as.
Nabi Musa as keluar bersama keluarganya dan melakukan perjalanan. Bulan bersembunyi di balik gumpalan awan yang tebal dan kegelapan menyelimuti sana-sini. Sementara itu, petir menyambar sangat keras dan langit menurunkan hujan. Cuaca tampak tidak bersahabat. Di tengah-tengah perjalanannya, nabi Musa as tersesat. Nabi Musa as mendapatkan dua potongan batu kemudian beliau memukul keduanya dan menggesek-gesekkan keduanya agar mendapatkan api dariny sehingga beliau dapat berjalan. Tapi sayang, beliau tidak mampu melakukan hal itu. Angin yang bertiup kencang memadamkan api kecil itu.
Nabi Musa as berdiri dalam keadaan bingung dan tubuhnya tampak menggigil di tengah-tengah keluarganya.  Kemudian Nabi Musa as mengangkat kepalanya dan menyaksikan sesuatu dari jauh. Sesuatu yang beliau saksikan adalah api yang sabat besar yang menyala-nyala dari kejauhan. Maka hati bai Musa as dipenuhi dengan rasa gembira. Ia berkata kepada keluarnya :
“Aku melihat api di sana”
Lalu beliau memerintahkan kepada mereka untuk tinggal di tempatnya sehingga beliau pergi ke api itu. Mungkin di sana beliau mendapatkan sesuatu berita atau akan menemukan seseorang yang dapat memberinya petunjuk sehingga beliau tidak tersesat, atau beliau dapat membawa segian api yang menyala sehingga tubuh mereka menjadi hangat.
Keluarganya melihat api yang diisyaratkan oleh nabi Musa as tetapi sebenarnya mereka tidak melihat sesuatu apapun. Mereka tetap menantinya dan duduk sambil menunggu kedatangan nabi Musa as. Nabi Musa as bergera menuju ke tempat api. Nabi Musa as segera berjalan dan menghangatkan tubuhnya, sementara tangan kanannya memegang tongkatnya dan tubuhnya tampak basah kuyup karena hujan. Nabi Musa as tetap berjalan sampai ia mencapai suatu lembah yang bernama Thua’. Beliau menyaksikan sesuatu yang unik di lembat ini. Di lembah itu tidak ada rasa dingin dan tidak ada angina yang bertiup. Yang ada hanya keheningan. Nabi Musa as mendekati api. Belum lama beliau mendekatnya sehingga beliau mendekar suara panggilan :
“Maka tatkala dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia : ‘bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan maha suci Allah, Tuhan semesta alam (Qs. 27 : 8)
TIba tiba nabi Musa as berhenti dan badannya menggigil. Suara itu tampak terdengar dan datang dari segala tempat dan berasal dari tempat tertentu. Nabi mua as melihat api dan beliau kembali merasa menggigil. Nabi Musa as melihat api dan beliau kembali merasa menggigil. Beliau mendapati suatu pohon hijau dari duri dan setiap kali pohon itu terbakar dan berkobarlah api darinya maka pohon itu justeri semakin menghijau. Seharusnya pohon itu berubah warnah menjadi hitam saat terbakar, tetapi anehnya api justru meningkatkan warna hijaunya. Nabi Musa as tetap menggigil mekipun beliau merasakan kehangatan dan tampak mulai berkeringat.
LEmbah tempat nabi Musa as berdiri adalah lembah Thua’. Nabi Musa as meletakkan kedua tangannya di atas kedua matanya karena saking dahsyatnya cahaya. Beliau melakukan yang demikian itu sebagai usaha untuk melindungi kedua matanya. Kemudian nabi Musa as bertanya dalam dirinya”
“INi cahaya atau api?” Tiba tiba beliau tersungkur ke tanah sebagai wujud rasa takut, lalu Allah SWT memangggil :
“Maka ketika ia datang ke tempat itu ia dipanggil: wahai Musa” (QS. 20 : II)
Nabi Musa as mengangkat kepalanya dan berkata :
“Ya”
Allah berkata :
Sesungguhnya aku inilah Tuhanmu, maka tinggalkanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, thuwa’ (Qs. 20 : 12)
Nabi Musa as ruku dan melepas kedua sandalnya, kemudian Allah SWT kembali berkata :
“Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku. Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku merahasiakan (waktuhny) agar supaya tiap tipa dari itu dibalas dengan apa yang diusahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan darinya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu binasa. “Qs. 20 : 13 – 16)
Nabi Musa as semakin gemetar saat beliau menerima wahyu Ilahi dan saat berdialog dengan Allah SWT. Allah yang maha pengasih dan penyayang itu berkata :
“Apakah itu yang ada di tangan kanamu, hai Musa?” (Qs. 20 : 17)
Bertambah keheranan nabi Musa as. Allah SWT adalah zat yang mengajaknya berbicara dan tentu lebih mengetahui dari nabi Musa as tentang apa yang dipegangnya, lalu mengapa Allah SWT bertanya kepada jika memang Dia lebih mengetahui darinya. Tak ragu lagi bahwa di sana ada hikmah yang tinggi. Nabi as menjawab pertanyaan itu dengan suara yang tampak menggigil :
“Berkata Musa : “ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan abgiku ada lagi kepeluan yang ada padanya” (qs. 20 : 18)
Allah befirman : lemparkanlah ia, hai Musa! (Qs : 20 : 19)
Nabi Musa as melemparkan tongkatnya dari tangannya dan rasa herannya semakin menjadi-jari. Tiba-tiba nabi Musa as dikagetkan ketika melihat tongkat itu menjadi ular yang besar. Ular itu bergerak dengan cepat. Nabi Musa as tidak mampu lagi menahan rasa takutnya. Nabi Musa as merasa tubuhnya bergetar karena rasa takut. Nabi Musa as membalikkan tubuhnya karena takut dan ia mulai lari. Belum lama ia lari, belum sampai dua langkah, Allah SWT memanggilanya :
“Dan lemparkanlah tongkatmu”, maka tatkala (tongkat itu menjadi luar) dan Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular yang gesit. Larilah ia berbalik kebelakang tanpa menoleh. “Hai Musa, janganlah kamu takut, sesungguhnya orang menjadi rasul, tidak takut di hadapanku” (Qs  27 :10)
“Hai Musa, datanglah kepadaKu dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman” (qs. 28 : 31)
Nabi Musa as kembali memutar badannya dan berdiri. Tongkat itu tampak bergerak dan ular itupun tetap bergerak. Allah SWT berkata kepada Musa :
“Peganglah ia dan janganlah takut, kami akan mengembalikan kepadanya keadaannya semula” (qs. 20 :21)
Nabi Musa as mengulurkan tangannya ke ular itu dalam keadaan menggigil. Nabi Musa as belum sempat menyentuhnya sehingga ular itu menjadi tongkat. Demikianlah perintah Allah SWT terjadi dengan cepat. Kemudian Allah SWT memerintahkan kepadanya :
“Masukanlah tangganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan kepada Fir;aun dan pembesar-pembesaranya). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Qs : 28 : 32)
Nabi Musa as meletakkan tangannya di kantorngnya lalu ia mengeluarkannya dan tiba-tiba tangan itu bersinar bagaikan bulan. Kembali rasa kagum Nabi Musa as bertambah. Lalu ia meletakkan tangannya di dadanya sebagaimana diperintahkan Allah SWT padanya sehingga rasa takutnya benar-benar hilang.
Nabi Musa as merasa tenang dan terdiam. Kemudian Allah SWT memerintahkan kepadanya setelah beliau melihat kedua mukjizat itu, yaitu mukjizat tangan dan mukjizat tongkat untuk pergi menemui Firaun dan berdakwah kepadanya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, dan Allah SWT memerintahkan kepadanya untuk mengeluarkan Bani Israil dari mesir. Nabi Musa as manampakkan rasa takutnya kepada Fir’aun. Nabi Musa as berkata bahwa ia telah membunuh seseorang di antara mereka dan beliau khawatir mereka akan membunuh dan membalasnya. Nabi Musa as meminta kepada Allah SWT dan memohon kepada-Nya agar mengirim saudaranya Nabi Harun as bersamanya. Allah SWT menenangkan Nabi Musa as dengan mengatakan bahwa dia akan selalu bersama mereka berdua. Dia mendengar dan menyaksikan gerak-gerik dan perbuatan mereka. Meskipun Firaun terkenal dengan kejahatannya dan kekuatannya, namun kali ini Fir’aun tidak akan mampu menggangu atau menyakiti mereka. Allah SWT memberitahu Nabi Musa as, bahwa Dia-lah yang akan menang. Nabi Musa as berdoa dan memohon kepada Allah SWT agar melapangkan hatinya dan memudahkan urusannya serta memberinya kekuatan dalam berdakwah di jalan-Nya.
Allah SWT telah memilih Nabi Musa as. Itu adalah salah satu puncah kemuliaan di mana tidak ada seorang pun di zaman itu yang mampu mencapainya selain nabi Musa as. Nabi Musa as kembali untuk menemui keluarganya setelah Allah SWT memilihnya sebagai rasul dan utusan untuk berdakwah ke Fir’aun. Akhirnya. Nabi Musa as beserta keluarganya berjalan menuju ke Mesir. Hanya Allah SWT yang mengetahui pikiran-pikiran apa yang terlintas di dalam diri Nabi Musa as saat beliau mengayunkan langkahnya menuju ke mesir.
Nabi Musa as mengetahui bahwa Fir’aun adalah orang yang jahat. Fir’aun akan berusaha memberhentikan langkah dakwahnya dan firaun akan menentangnya tetapi Allah SWT memerintahkannya untuk pergi ke firaun dan berdakwah kepadanya dengan kelembutan dan kasih sayang. Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Musa as bahwa Firaun tidak akan beriman tetapi Nabi Musa as tidak peduli dengan hal itu. Beliau diperintahkan untuk melepaskan bani israil yang sedang disiksa oleh Firaun.
cerita nabi musa as lengkap
Allah SWT berkata kepada Musa dan Harun :
“Maka datanglah kamu berdua kepadanya (firaun) dan katakanlah : “sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka” (Qs. 20 : 47)
Inilah tugas yang ditetukan, yaitu tugas yang akan berbenturan dengan ribuan tantangan. Fir’aun menyiksa bani israil dan menjadikan mereka budak-budak dan memaksa mereka untuk bekerja di luar kemampuan mereka. Firaun juga menodai kehormatan wanita-wanita mereka dan menyembelih anak laki-laki mereka. Nabi Musa as mengetahui bahwa rezim mesir berusaha untuk memeprbudak bani israil dan mengekspliotasi mereka di luar kemampuan mereka demi kepentinan penguasa. Tetapi nabi Musa as tetap memperlakukan dan menghadapi Firaun dengan penuh kelembutan dan kasih sayang sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT kepadanya :
“pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut” (qs. 20 : 43 – 44)
Nabi Musa as bercerita kepada firaun tentang siapa sebenarnya Allah SWT, tentang Rahmat-Nya, tentang surga-Nya, dan tentang kewajiban mengesankan-Nya dan menyembah-Nya. Beliau berusaha membangkitkan aspek-aspek kemanusiaan firaun  melalui pembicaraan tersebut. FIraun mendengarkan apa yang dikatakan oleh Nabi Musa as dengan penuh kebosanan. Firaun membayangkan bahwa seseorang yang diharapannya adalah orang gila yang nekat untuk menentang dan menggoyang kedudukannya.
Kemudian firaun mengangkat tangannya dan berbicara
“apa yang engkau inginkan, hai Musa?
Nabi Musa as menjawab :
“Aku ingin agar engkau membebaskan bani israil”
Fir’aun bertanya :
“Mengapa aku harus membebaskan mereka bersamamu sementara mereka adalah budak-budakku?”
Musa menjawab :
“mereka adalah hamba-hamba Allah SWT, Tuhan pengatur alam semesta”
Dengan nada mengejek Fir;aun bertanya :
“BUkankah engkau mengatakan bahwa namamu Musa?”
Nabi Musa as menjawab :
“benar”
Firaun berkata :
“Bukankah engkau yang kami temukan di sungail Nil saat engkau masih kecil yang tidak mempunyai daya dan kekuatan? Bukankah engkau Musa yang aku didik di istana ini, lalu engkau memakan makanan kam dan meminum air kami, dan engkai menikmati kebaikan-kebaikan dari kami? Bukankah engkau yang membunuh seseorang lalu setelah itu engkau lari? Tidakkah engkau ingat semua itu? Bukankah mereka mengatkaan bahwa pembunuhan merupakan suatu kekufuran? Kalau begitu, engkau seorang kafir dan engkau seorang pembunuh. Jadi engkau adalah Musa yang lari dari hokum mesir. Engkau adalah seseorang yang lari dan menghindari keadilan. Lalu sekarang engkau datang kepadaku dan berusaha berbicara denganku. Engkau berbicara tetang apa hai Musa. Sungguh aku telah lupa”
“siapakah Tuhan semesta alam itu?” (Qs. 26 : 23)
Nabi Musa as menjawab :
“Tuhan pencipta lagi dan bumi dan apa-apa yang di antaranya keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya” (Qs 26 : 24)
Berkata firaun kepada orang-orang sekelilingnya :
“Apakah kamu tidak mendengarkan?” (Qs. 26 : 25)
Musa berkata dan tidak memperdulikan ejekan Firaun itu :
“Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu” Qs. 26 : 26)
Firaun berkata bahwa nabi  Musa as adalah tukang sihir dan jika sihir itu yang akan dibanggakan oleh nabi Musa as, maka iapun mempunyai tukang-tukang sihir pula.
Lalu firaun mengumpulkan tukang-tukang sihirnya, untuk bertanding melawan nabi Musa as di suatu area yang telah ditentukan waktu dan tempatnya.
Di antara mereka ada yang melemparkan tali, tongkat, maka berubahlah tongkat dan tali itu menjadi ular yang menjalar. Lalu nabi Musa as merasa takut, karena telah dikelilingi ular-ular yang berbisa.
Lalu Allah memerintahkan kepada Musa dengan firmanNya :
“Lemparkanlah tongkat yang ditangan kananmu, nanti berubah menjadi ular yang besar yang akan menelan segala perbuatan mereka itu, sesungguhna kerja mereka itu adalah tipu daya tukang sihir saja dan sekali-kali tidaklah akan menang tukan sihir itu, meskipun bagaimanapun juga”
Kemudian semua ahli sihir itu tunduk sujud kepada Nabi Musa as. Karena melihat tukang sihirnya telah beriman kepada nabi Musa demikian pula isterinya (siti asiah), maka firaun bertambah kemarahannya, sehingga isterinya disiksa hingga meninggal, demikian juga orang-orang yang beriman disiksa dengan sangat berat.
Akhirnya nabi Musa as bersama-sama orang yang beriman pergi keluar dari mesir, setelah mereka tidak berdaya lagi di negeri Mesir, maka dikejarlah mereka sampai ke laut merah, dan laut pun berubah menjadi jalan besar dan membelah menjadi dua untuk dilalui nabi Musa as dengan pengikut-pengikutnya.
Ketika firaun dengan bala tentaranya mengejar dari belakang dan ketika mereka sampai di pertengahan laut, maka air lauput pun bertaut kembali menjadi satu, kemudian mereka tenggelam semuanya, sebagaimana firman Allah :
“Maka firaun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka” (Qs. 20 : 78)
Setelah nabi Musa as, dan kaumnya bebas dari kejaran firaun, awalnya mereka mengembara. Pada saat mereka mengembara, dan tiba di suatu tempat mereka melihat para penyembah berhala. Dan kaum nabi Musa ingin melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan. Namun nabi Musa as mengingatkannya, mereka pun tersadar dan lalu bertaubat karena keinginan mereka untuk berbuat syirik.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan mencari tempat tinggal yang sesuai untuk ditempati. Lembah, bukit dan padang pasir pun mereka lewati. Dan ketika mereka berada di tengah-tengah padang pasir yang tandus, mereka berkata : “WAhai, nabi Allah, mintalah kepada Allah Supaya menurunkan makanan dan minuman untuk kami”, kemudian nabi Musa as pun berdoa dan Allah SWT mengabulkan doa nabi Musa as. Langi pun melimpahkan makanan untuk mereka. Betapa pemurahnya Allah kepada para hamba-Nya, padahal mereka sebelumnya pernah berniat untuk menyekutukan-Nya.
Kemudian Nabi Musa as mengajarkan isi Taurat kepada umatnya. Nabi Musa as meninggal dunia di padang Tih pada usia yang ke 120 tahun.
readmore »»  

Cerita Nabi Yusuf as masuk penjara


Nabi Yusuf as masuk penjara

Cerita nabi yusuf ini merupakan lanjutan cerita nabi yusuf sebelum yang mengulas tentang nabi yusuf denganzulaikha yang mencintai nabi yusuf. Dengan adanya berita tentang nabi yusuf yang terus menjadi perbincangan di negeri mesir, pemerintah merasa kewibawannya dipertaruhkan. Lalu penguasa dari pemerintah menangkap Nabi Yusuf as. Ia dimasukkan ke dalam penjara untuk membungkam berita berita tentang Nabi Yusuf yang terus menjadi pembericaraan. Seperti yang telah ceritakan pada kisah nabi yusuf dan zulaikha sebelumnya bahwa Nabi Yusuf lebih memilih masuk penjara dari pada mamenuhi ajakan para wanita untuk memenuhi nafusnya dan berbuat dosa. Nabi Yusuf pun masuk penjara dengan tuduhan telah memotong tangan para wanita padahal para wanita itu yang memotong tangan mereka sendiri karena melihat ketampanan yusuf.Cerita Nabi Yusuf as masuk penjara
Pemerintah telah menetapkan keputusan untuk memasukan Nabi Yusuf ke penjara sampai waktu yang tidak ditetapkan meskipun sebenarnya tidak melakukan kesalahan.  Seiring berjalannya waktu, pembicaraan mengenai Nabi Yusuf pun menjadi redup. Ketika para menteri dan penguasa tidak mampu menahan kendali wanita wanita mereka, namun mereka dengan mudahnya memenjarakan seorang yang tidak bersalah.
Dalam kisah Nabi Yusuf, meskipun beliau merupakan Nabi utusan Allah, beliau tetap ditahan dan masukan penjara tanpa melalui penyelidikan dan juga tanpa melalui pengadilan. Saat itu ia dihadapkan pada masyarkat yang menyembah berbagai macam Tuhan dan juga dikuasai dan dipimpin oleh yang memiliki banyak tuhan. Sehingga dengan mudahnya bagi mereka untuk memasukan Nabi Yusuf as yang tidak terbukti bersalah atau tidak berdosa ke dalam penjara karena agama mereka tidak mengatu

Nabi yusuf berdakwah di penjara

Cerita Nabi Yusuf as masuk penjara – Ketika Nabi Yusuf dipenjara ia tidak putus asa atau meratapi nasibnya yang seolah olah mengalami ketidakadilan. Namun ia memanfaatkan waktunya dipenjara untuk berdakwah di jalan Allah. Ketika di dalam penjara ia berjumpa dengan orang yang tidak berdosa yang dimasukkan ke dalam penjara tanpa alasan logis. Ketika manusia mendapatkan perlakuan tidak adil dari orang lain, maka hati mereka akan lebih mudah untuk mendengarkan nasihan dan menerima hidayah. Memang ketika hati orang-orang yang menderita dan teraniaya akan lebih mudah terbuka memenuhi panggilan Allah.
Nabi Yusuf as bercerita kepada mereka tentang rahmat Sang pencipta, kebesaran-Nya dan kasih sayang-Nya pada para makluk ciptaan-Nya. Yusuf bertanya kepada mereka : “Mana yang lebih baik, apakah akal harus dikalahkan dan manusia menyembah tuhan yang bermacam-macam atau akal yang dimenangkan dan manusia menyembah Tuhan Penguasa alamat semesta ini?”
Nabi Yusuf as menyampaikan pendapat-pendapatnya yang kuat melalui perntanyaan-pertanyaan yang disampaikan dengan penuh tenang dan kedamaian. Beliau berdialog dengan mereka secara sehat dan dengan fikiran yang jernih serta dengan niat yang tulus.

Nabi Yusuf mampu mentafsir mimpi

Beberapa waktu kemudian ada dua orang yang masuk penjara. Satu orang sebagai pembuat roti di tempat raja, dan satu lagi seorang yang tugasnya memberikan khamer atau minam keras kepada raja. Suatu hari tukang roti bermimpi, ia berdiri di suatu tempat dengan roti di atas kepanya, kemudian roti itu dimakan oleh burung yang terbang. Sedangkan si tukang pemberi minum raja bermimpi memberikan minuman khamer kepada raja.
Kemudian kedua orang itu mendatangi Nabi Yusuf as, lalu mereka bercerita atas mimpi yang mereka alami. Mereka meminta kepada Yusuf untuk mentafsirkan mimpi mereka. Kemudian Nabi Yusuf mencoba untuk melakukan apa yang mereka minta, lalu ia berdoa kepada Allah yang maha mengetahui untuk memberinya petunjuk. Kemudian Nabi Yusuf memberitahu ke pada si tukang roti bahwa ia akan disalib dan akan meninggla dunia. Sementara itu si tukang pemberi khamar akan bebask dari penjara dan kembali bekerja di tempat asalnya.
 Yusuf pun berkata kepada tukang pemberi minum : “Jika engkau pergi ke raja, maka jangan lupa menceritakan keadaanku padanya. Katakan padanya bahwa di sana terdapat seorang yang ditahan dalam keadaan teraniaya yang bernama Yusuf”
 Beberapa waktu kemudian, ternyata apa yang diceritakan oleh Yusuf benar benar terjadi. Si tukang roti mati terbunuh sementara tukang pemberi raja kembali dimaafkan dan kembali bekerja di istana. Namun ketika kembali ke istana si tukang pemberi minum itu lupa menceritakan tentang pesan dari Nabi Yusuf kepada raja,  ia telah dilalaikan oleh setan. Sehingga Nabi Yusuf pun tinggal dipenjara selama beberapa tahun.
readmore »»  

Kisah Nabi Yusuf menjadi menteri – Bertemu saudara dan Nabi Ya’qub ayahnya


Kisah Nabi Yusuf as diangkat menjadi menteri mesir

Cerita islami ini merupakan lanjutan dari kisah nabi yusuf sebelumnya yang mengulas tentang mukjizat nabi yusuf. Kisah lanjutan ini adalah mengenai kasih nabi yusuf diangkat menjadi menteri, tentnya dengan izin ALlah SWT, setelah menjadi menteri nabi yusuf dipertemukan kembali dengan saudara-saudara dan ayahnya (nabi ya’qub) setelah lama tidak berjumpa. Simak kisah lengkapnya di bawah ini. Kisah Nabi Yusuf menjadi menteri
Raja yang memang dikenal mampu berbicara lebih dari satu bahasa semakin kagum dengan wawasan luas yang dimiliki oleh Nabi Yusuf as dan kedalaman ilmunya yang mengesankan. Kemudian pembicaraan merambah pada masalah mimpi. Nabi Yusuf as menasehati raja agar memulai rencana yang tepat untuk mengumpulkan makanan dan penyimpanannya dalam rangka menghadapi tahun tahun kekurangan makanan. Nabi Yusuf as memberikan pengertian kepada raja bahwa kelaparan akan melanda Mesir dan juga kota kota di sekitarnya. Oleh karena itu, negeri mesir harus bersiap mengadapi suasana yang sualit nantinya, demikian negeri negeri di sekitarnya.
kisah nabi yusuf menjadi menteri -  Raja mengunggkapkan bahwa sulit untuk mendapatkan kejujuran dari kelompok yang bergaya hidup mewah yang ada di sekitarnya. Nabi Yusuf pun berkata “Kalau begitu jadikanlah aku sebagai pengawas yang sangat teliti dari berpengatahuan.” Tentunya Nabi Yusuf mengatakan hal itu bukan untuk mendapat keuntungan pribadi. Namun ia ingin memikul amanat untuk memberikan makan bagi masyarakat yang lapar selama tujuh tahun. Yaitu masyarakat yang seandainya mereka lapar, maka penguasa dapat mempermainkan mereka. Dalam hal ini sebarnya terdapat pengorbanan Nabi Yusuf as.

Nabi Yusuf menjadi menteri

Beberapa saat kemudian Nabi Yusuf berada di tempat yang diusulkan. Itulah cara Allah memberikannya kedudukan penting di negeri mesir. Ia menjadi orang yang bertanggung jawab pada pengelolaan kekayaan mesir dan perekonomiannya. Ia menjadi ketua para menteri besar. Beliau mendapat dua tugas sekaligus, yaitu sebagai kepala pemerintahan dan kepala urusan logistik.
Yusuf merupakan orang yang terpercaya dan jujur. Sehingga selama ia duduk di kursi pemerintahan maka tidak perlu ada yang dikawatirkan. Kemudian masa paceklik itu pun tiba. Dan itu tidak masalah bagi negeri mesir, karena persediaan telah disediakan oleh Nabi Yusuf yang bisa menjamin dengan baik rakyat mesir selama tujuh tahun berturut-turut.
Saat itu kelaparan dan paceklik tidak hanya terjadi pada negeri mesir, namun terjadi juga di negeri di dekatnya, seperti Negeri kan’an yang ditempati ayah dan saudara saudaranya itu Nabi Ya’qub as dan saudara saudarnya juga mengalami masa susah pangan.

Nabi Yusuf berjumpa lagi dengan saudaranya

Rakyat yang tinggal di negeri sekitar mesir juga meminta pertolongan ke mesir, tidak terkecuali saudara-saudara Yusuf yang dulu pernah membuangnya. Mereka berbaris dalam rombongan orang orang yang membutuhkan. Ketika itu Nabi Yusuf berada di singgasana mesir sebagai seorang penguasa yang memerintah. Nabi yusus as bergebas untuk menjamin kelangsungan kehidupan manusia. Ia dikelilingi oleh para menterinya, orang-orang penting dan para tentara. Nabi Yusuf bisa mengenali saudara-saudaranya, namun mereka tidak mengenali Nabi Yusuf. Keadaan di tempat tinggal mereka sungguh menyusahkan sehingga mereka datang dari palestina untuk mencari bantuan makanan di negeri mesir.
kisah nabi yusuf menjadi menteri – Kemudian terjadilan percakapan antara Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya yang berjumlah 10 orang itu, namun mereka masih belum mengenali Nabi Yusuf. Mereka berjumlah 10 orang namun mereka membawa 11 untah. Nabi Yusuf as bertanya pada mereka melalui salah satu penerjemah agar beliau tidak berbcara dengan bahasa mereka, Yusuf menggunakan bahasa ibrani.
“Undang-undang kita memutuskan untuk memberikan makanan pada setiap orang sesuai dengan kemampuan untua untuk mengangkut makanan itu. Berapa jumlah kalian ?” mereka menjawab : “Sebelas orang”. Nabi Yusuf berkata kepada penerjemah : “Katakan pada mereka bahasa kalian berbeda dengan bahasa kami dan pakaian kalian berbeda dengan pakaian kami. Barang kali kalian adalah mata-mata”. Mereka menjawab “Demi Allah kami bukan mata-mata tetapi kami adalah keturunan dari seorang ayah yang baik.” Kemudian Yusuf  bertanya : “Kalian mengatakan bahwa kalian sebelas. Padahal jumlah kalian sepuluh”
Kemudian sodaranya itu menjawab : “sebenarnya kami adalah dua belas saudara, seorang saudara kami meninggal di daratan dan kami mempunyausaudara yang lain yang sangat dicintai (Bunyamin) oleh orang tua kami dan ia tidak mampu untuk berpisah dengannya. Oleh karena itu kami datang dengan membawa untanya sebagai ganti darinya”. Nabi Yusuf as berkata : “Bagaimana aku bisa memasmtikan kejujuran kalian?” Kemudian mereka menjawab : “Pilihlah, sesuatu yang engkau dapat menjadikan tenang dengannya” Nabi Yusuf berkata :” Undang-undang kami menetapkan untuk tidak memeberikan makanan kepada seseorang yang tidak ada. Karena itu, datangkanlah saudara kalian agar aku dapat memberinya makanan. Tidakkah kalian mengetahui bahwa aku menegakkan timbangan dengan jujur?”
kisah nabi yusuf menjadi menteri – Demikian dialog terus berlangsung antara saudara-saudara Yusuf dan Yusuf. Kemudian Nabi Yusuf memberitahu kepada mereka bahwa kali ini mereka mendapatkan pengecualian atau keringanan dan keistimewaan. Tetapi, jika pada waktu yang akan datang mereka datang tanpa membawa saudara, mereka maka Nabi Yusuf tidak akan memberi mamkanan pada mereka. Mereka berkata kepadanya, bahwa kami akan berusaha memuaskan ayah kami atau meyakinkan ayah kami untuk mempercayakan saudara kami itu bersama kami.
Saudara-saudara Yusuf kembali pulang dan menemui ayah mereka. Sebelum mereka menurunkan muata yang dibawa oleh untah mereka masuk menemui ayah mereka : “Sungguh kami tidak mendapatkan gandum. Ini terjadi karena engkau melindungi dan mempertahankan anakmu”. Mereka mengatakan “Kami tidak akan memberikan makanan bagi yang tidak hari. Mengapa engkau tidak merasa aman ketika kami membawahnya? Biarkanlah ia pergi bersama kami dan sesunguhnya kami akan menjaganya”. Jelas sekali bahaw dialog tersebut bertujuan untuk memojokkan si ayah dan membebankan tanggung jawab kepadanya dalam hal ketidakmampuan mereka memperoleh makanan. Namun si ayah menjawab dengan sopan santun para Nabi. Ia berkata bahwa ia merasa aman terhadap mereka tas anaknya yang kecil sebagaimana kekahwatiran terhadap Nabi Yusuf as sebelumnya. Dan ia tidak perduli atau tidak begitu yakin dengan ucapannya.
Anak-anak itu membuka wadah-wadah yang mereka bawa untuk mengeluarkan biji-bijian makanan yang ada di dalamnya. Tiba tiba mereka mendapatkan barang-barang mereka telah dikembalikan bersama makanan. Pengembalian harga menunjukkan ketidakinginan untuk menjual atau itu semacam peringatan dan barangkali itu merupakan hal yang mengganggu mereka agar mereka kembali membenarkan harga pada kali yang kedua. Melihat hal tersebut, anak anak itu segera menuju ke ayah mereka sambil mengatakan : “wahai ayah kami, kami tidak berbuat aniaya dan kami tidak berbohong kepadamu. Sungguh harga yang telah kami beli dikembalikan kepada kami.  Ini berarti bahwa mereka tidak akan menjual kepada kami kecuali jika saudara kami pergi bersama kami”
Percakapan antara anak anak dan ayah mereka terus berlanjut. Mereka memberikan pengertian kepada ayhnya bahwa kecintaanya kepada seorang anaknya dan hubungan dekatnya justru mengorbankan kepentingan mereka dan menjatuhkan perekonomia mereka. Mereka ingin untuk menambah perbekalan mereka dan mereka berjanji akan menjaga saudara mereka dengan penjagaan yang sangat ketat. Akhirnya sang ayah menyetujui permintaan mereka dengan syarat mereka berjanji untuk membawa anaknya pula kecuali jika mereka dikepung musuh dan mereka tidak mampu menyelamatkannya. Si ayah menasehati mereka untuk tidak masuk karena mereka berjumlah sebelah orang dari satu pintu dari pintu pintu mesir sehingga tak seorang pun yang menaruh kecurigaan. Sepertinya sang ayah mengkhawatirkan akan terjadi pencurian atau kedengkian
Setelah mereka datang segera menghadap raja, dan baru saja mereka menghadap Nabi Yusuf as melihat saudaranya (Bunyamin) turut serta, sehingga ia merasa gembira. Mereka disuruh duduk bersama raja untuk djamu dengan baik. Dengan perlakuan raja yang baik hati ini, bunyamin menangis terharu dan ingat akan saudaranya yaiti Yusuf. Dengan tangis yang tersedu-sedu bunyamin berkat “Kalau Yusuf masih ada, tentu dialah yang duduk disampingku ini”
Setelah mereka cukup lama bertemu dengan raja, mereka pulang dengan membawa perbekalanan yang cukup dan lebih cukup dibandingkan sebelumnya. Ketika memberikan perbekalan dan bahan makanan itu, Nabi Yusuf as memerintahkan kepada bawahannya untuk memasukkan timbangan miliki negara ke dalam barang yang dibawa oleh bunyamin secara diam-diam.
Belum lama mereka berangkat keluar dari kota mesir, tiba tiba mereka ditahan untuk diperiksa barang-barang yang dibawanya. Dalam pemeriksaan ini ternyata terdapat alat timbangan negara yang sedang dicari-cari. Karena inilah mereka ditahan tidak boleh pulang ke negeri Kan’a untuk diusut perkaranya
Mengalami peristiwa ini tentunya mereka gelisah dan susah sekali, mereka berkata kepada Nabi yusf as : “Ya tuanku, ayah kami sudah sangat tua, sudah melewati 80 tahun dan kami tidak dapat berpisah karena kami selalu menjaga akan keselamatan beliau. Kami ini bukan pencuri, izinkanlah kmembawa ayah kami sebagai saksi akan kebenaran kami, karena kami dari keturunan orang yang baik baik. Atau izinkanlah kami pulang dulu dan ambilah seorang diantara saudara kami untuk menggantikannya dan kami percaya bahwa tuanku adalah orang yang baik hati”
Nabi Yusuf as berkata : “Saya berlindung kepada Allah dan tidaklah saya akan menghukum orang yang tidak bersalah, jika demikian, tentulah kami orang yang aniaya”
Saat mereka telah putus asa, mereka kemudian saling berbisik bisik dan berkatalah orang yang tertua dari mereka yaitu Yahuza : “Sekali kali saya tidak akan pulang kembali sebelum mendapat izin dari ayah. Kembalilah kamu semua. Dan ceritakanlah kepada ayah tentang peristiwa ini”
Setelah mereka sampai di rumah mereka menceritakan apa yang terjadi pada ayah mereka. Lalu Ayah mereka, yaitu Nabi Ya’qub as berpaling dari mereka, seraya berkata dalam hati “Alangkah dukacitaku mengenang Yusuf, telah rabun mataku karena dukacita itu.” Rasa mara Nabi ya’qub terhadap anak-anaknya ditahan dalam hati.
Melihat hal itu, kemudian mereka berkata pada sang ayah “Ayah janganlah selalu ingat pada Yusuf saja, nanti ayah mendapat sakit dan meninggal dunia”
Nabi ya’qub as kemudian berkata “Aku ini hanya mengadukan duka citaku kepada Allah, dan saya mengetahui dari Allah tentang apa yang tidak kamu ketahui”
Mereka lalu meminta izin untuk berangkt kembali ke mesir menghadap raja untuk memohon kepada raja agar saudara mereka yang ditahan dapat dibebaskan.
Ketika mereka menghadap raja, saat itu Nabi Yusuf berpendapat bahwa sudah tiba saatnya untuk membuka rahasianya untuk mengakui kepada saudara-saudaranya bahwa dia adalah Yusuf, agar mereka mengakui atas kebenaran dan kesalahan yang telah mereka perbuat.
Nabi Yusuf as menceritakan apa yang pernah mereka laukan sewaktu kecil, semua kejadian diceritakan oleh Nabi Yusuf as. Mendengar apa yang deceritakan oleh Yusuf tersebut membuat mereka tercengang. Dari siapakah pembesar ini mengetahui peristiwa itu, karena tidak ada seorang pun yang tau apa yang telah mereka lakukan pada masa lampau
Kemudian mereka memperhatikan gerak gerik raja itu, kemudian memperhatikan bentuk tubuh dan keadaannya, dibandingkan dengan tubuh Nabi Yusuf as semaca kecil, akhirnya mereka yakin bahwa ciri ciri yang terdapat pada pembesar ini memang mirip dengan Nabi Yusuf as. Mereka bertanya “Apakah kiranya tuan ini Yusuf?” dengan segeran Nabi Yusuf as menjawab “Benar saya ini Yusuf, dan ini bunyamin saudaraku sendiri, Allah telah mempertemukan kami, karena Allah tidak akan menyianyiakan pahala orang yang berbakti”
Mereka berkata “Demi Allah, sesungguhnya dia telah melebihkan engkau dari kami, dans sesungguhnya kami orang-orang yang berdosa”
Nabi Yusuf kemudian berkata pada mereka “Aku tidak akan bertindak apa apa kepada kalian, Tuhan telah mengampuni segala dosamu, Allah Maha Pengampun lagi maha pengasih”
kisah nabi yusuf menjadi menteri
Mereka diizinkan kembali ke kan’an untuk menemui ayahnya, dan setelah mereka tiba di rumah, mereka menyampaikan sehelai baju Nabi Yusuf as. Kerema mereka menyampaikan baju itu kepada ayahnya, seketika mata Nabi Ya’qub terbuka serta dapat melihat dengan terang. Pada ketika itu beliau telah rabun dan tidak dapat melihat. Segala peristiwa mereka ceritakan kepada ayahnya, dimana mereka telah menemui raja yang budiman, serta diterangkan pula agar mereka sekalian berangkat kembali ke mesir untuk berjumpa dan dapat hidup bersama sama dengan Nabi Yusuf.
Mendengarkan cerita tentang Nabi Yusuf itu, sang ayah sangat gembira sekali dan ujarnya “apa yang telah terjadi, mari kita lupakan, dan kami mohn ampunan kepada Allah, semoga Allah mengampuni segala dosa dosamu, begitu pula dosaku sendiri, karena Allah pemberi ampn dan maha pengasih. Mari kita bersama sama berangkat ke mesir.”
Ketika Nabi Yusuf as melihat ayahnya datang dan sedang dikelilingi saudara-saudaranya yang berjumlah sebelas orang, mereka semua sujud di harapan Nabis Yusuf as, lalu Nabi Yusuf berdiri dengan hormatnya.
Seketika itu Nabi Yusuf as juga mengadahkan kedua tangannya ke langit, ia bersyukur atas nikmat dan karunia Allah, sebagaimana dterangkan dalam Al Qu’ran :
“Ya Tuhanku, sesungguhnya engkau telah menganugrahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta’biar mimpi. (Ya Tuhan) pencipta langit dan bumi. Engkaulah perlindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang saleh (Qs. 12 : 101)
Itulah kisah cerita Nabi Yusuf as yang dimulai dengan penderitaan yang bertubi tubi yang ia terima dengan tabah dan penuh kesabaran. Namun segala penderitaannya lenyap dan Allah mengangkat Nabi Yusuf as menjadi pembesar di Mesir dan akhirnya beliau menjadi raja. Nabi Yusuf as meninggal dunia pada usia 110 Tahun. Semoga kita dapat mengambil banyak hikmah dari cerita Nabi Yusuf di atas. Aamiin.

Daftar cerita nabi yusuf bersambung

readmore »»